Pages

Saturday, May 18, 2013

Tanda untuk mengenali hamba yang bersyukur dan bersabar

HOT TOPICS



(Arrahmah.com) – Hidup kita pada hakekatnya adalah ujian. Melalu ujian kehidupan, nilai amal dan tingkat keimanan kita akan bisa kita ketahui. Melalui ujian kehidupan, kita bisa mengukur sejauh mana keshalihan dan kefajiran kita sendiri.
Ujian kehidupan selalu memiliki dua bentuk; kenikmatan dan kesengsaraan. Ada kekayaan dan kemiskinan. Ada kesehatan dan penyakit. Ada kesempurnaan fisik dan ada kecacatan fisik. Ada kelapangan dan ada kesempitan. Ada jalan mendaki dan ada jalan menurun. Dalam semua keadaan tersebut, kita sedang diuji.
Seorang muslim yang baik akan menerima ujian kelapangan, kekayaan, kesehatan dan kenikmatan dengan sikap syukur. Ia akan menerima ujian kesempitan, kemiskinan, penyakit dan kesusahan dengan sikap sabar. Syukur dan sabar adalah sebaik-baik kendaraan untuk mengarungi ujian kehidupan.
Bagaimana cara yang benar untuk mengukur tingkat kesabaran dan kesyukuran kita? Tentang hal ini, sahabat Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhu berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
«خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ لَمْ تَكُونَا فِيهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا، مَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ، وَنَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ فَحَمِدَ اللَّهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَصَابِرًا، وَمَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ، وَنَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ مِنْهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا»
“Ada dua sifat yang jika terdapat pada diri seorang hamba, niscaya Allah mencatat hamba tersebut sebagai seorang hamba yang bersyukur dan bersabar. Dan barangsiapa pada dirinya tidak terdapat dua sifat tersebut, maka Allah tidak mencatatnya sebagai hamba yang bersyukur dan tidak pula hamba yang bersabar.
Barangsiapa melihat dalam perkara agama kepada orang yang posisinya lebih tinggi darinya, lalu ia mencontoh orang tersebut, dan dalam perkara dunia ia melihat kepada orang yang lebih rendah darinya sehingga ia memuji Allah atas karunia yang dengannya Allah melebihkan dia dari orang lain tersebut, niscaya niscaya Allah mencatat dirinya sebagai seorang hamba yang bersyukur dan bersabar.
Dan barangsiapa melihat dalam perkara agama kepada orang yang posisinya lebih rendah darinya dan dalam perkara dunia ia melihat kepada orang yang lebih tinggi darinya sehingga ia sedih atas nikmat yang luput darinya, niscaya Allah tidak mencatat dirinya sebagai seorang hamba yang bersyukur dan bersabar.” (HR. Tirmidzi no. 2512, dia berkata: Hadits hasan gharib)
Jika kita melihat orang lain lebih pandai membaca Al-Qur’an, lebih banyak hafalan Al-Qur’annya, lebih istiqamah menjaga shalat wajib lima waktu secara berjama’ah di masjid, lebih tekun berdakwah, lebih sabar mendidik keluarganya, lebih banyak berkorban di jalan Allah…lalu kita kagum kepadanya dan mencontoh jalannya, maka kita termasuk hamba Allah yang pandai bersyukur dan bersabar.
Jika kita melihat orang lain lebih banyak hartanya, lebih maju perusahaannya, lebih cantik istrinya, lebih banyak anaknya, lebih kekar badannya, lebih besar rumahnya, lebih mewah kendaraannya, lebih mudah hidupnya…lalu kita iri kepadanya, menganggap nikmat yang dikaruniakan Allah kepada kita terlalu sedikit dan murah…maka kita tidak termasuk hamba Allah yang pandai bersyukur dan bersabar.
Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
«انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ»
“Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kalian (dalam hal urusan dunia) dan jangan melihat kepada orang yang lebih tinggi dari kalian (dalam hal urusan dunia), karena hal itu lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepada kalian.”(HR. Muslim no. 2963, Tirmidzi no. 2513 dan Ibnu Majah no. 4142)
Kini saatnya kita menilai diri kita sendiri, sudahkah kita memenuhi tanda-tanda hamba yang syukur dan sabar sebagaimana dikhabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam di atas? Wallahu a’lam bish-shawab. (muhibalmajdi/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/tanda-untuk-mengenali-hamba-yang-bersyukur-dan-bersabar.html#sthash.WKsI2hDr.dpuf

Sifat bebal dan keras kepala: penyakit yang paling sulit diobati

HOT TOPICS



Oleh: Ustadz Fuad Al Hazimi
Diriwayatkan bahwa Imam Asy Syafi’i berkata :
لِكُلِّ داءٍ دَواءٌ يُسْتَطَبُّ بِه — إلا الحماقَةُ أعيَتْ مَن يُداويها
“Setiap penyakit pasti ada obat yang akan menyembuhkannya, kecuali sifat bebal dan keras kepala, ia hanya akan membuat orang yang ingin menyembuhkannya putus asa dan kelelahan”
Ibrahim An Nadzdzam ditanya :
ما حدُّ الحُمق ؟
“Apakah batas sifat bebal itu ?”
Beliau menjawab :
سألتني عمَّا ليس له حدّ
“Engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu yang tidak memiliki batas”
Ibnu Abi Ziyad berkata : “Ayahku memnasehati aku :
يا بُني الزم أهلَ العقلِ وجالِسهُم واجتنب الحمقى فإنّي ما جالستُ أحمقاً فقمتُ إلا وجدت النقصَ في عقلي
“Wahai anakku beriltizamlah engkau kepada para ahlul Ilmi, duduklah bersama-sama dengan mereka, dan jauhilah orang-orang bebal dan keras kepala karena sesungguhnya tidaklah aku duduk-duduk bersama mereka lalu aku bangun meninggalkan mereka kecuali setiap kali itu pula berkurang akalku”
Imam Syu’bah berkata :
عقولُنا قليلةٌ فإذا جلسنا مَع مَن هُوَ أقلُّ عقلاً مِنّا ذهب ذلك القليل
“Akal (ilmu) kita ini sangat sedikit, dan setiap kali kita duduk-duduk bersama orang yang lebih sedikit akalnya disbanding kita, maka ilmu yang sedikit itu pun akan hilang dari kita”
Imam Abi Hatim bin Hayyan berkata :
“Di antara tanda sifat bebal dan keras kepala adalah tergesa-gesa menjawab tanpa melalui tatsabbut”
Imam Ibnu Ishaq berkata :
إذا بلغك أن غنيًا افتقر فصدِّق وإذا بلغك أن فقيرًا استغنى فصدق ، وإذا بلغك أن حيًّا مات فصدق ، وإذا بلغك أن أحمق استفاد عقلاً فلا تُصدِّق
“Jika engkau mendengar kabar bahwa ada seorang kaya yang jatuh miskin, percayalah dengan berita itu. Jika ada berita seorang miskin mendadak menjadi kaya, percayalah. Kalau ada kabar bahwa seorang yang dulunya hidup tiba-tiba mati, percayalah. Tetapi kalau ada yang mengatakan bahwa ada orang bebal yang menggunakan otaknya, JANGAN PERCAYA …!!!”
Allah Azza Wa Jalla Berfirman :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Alla yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. (QS Al Furqan 63)
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“…Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata :
“BAGI KAMI AMAL-AMAL KAMI DAN BAGIMU AMAL-AMALMU, SEMOGA KESELAMATAN ATAS DIRIMU, KAMI TIDAK INGIN BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG JAHIL”.
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.
(QS Al Qashash 55 – 56)
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak pernah tenang, nafsu yang tidak pernah merasa puas dan dari do’a yang tidak pernah dikabulkan”
(HR Bukhari dan Muslim )
(saifalbattar/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/sifat-bebal-dan-keras-kepala-penyakit-yang-paling-sulit-diobati.html#sthash.gpUDwF8R.dpuf
 

Belajar diam, sebuah nasehat dan muhasabah diri

HOT TOPICS



Oleh: Syaikh Abu Zaid Al Kuwaity (rahimahullah)
(Arrahmah.com) - Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan berkah di dalamnya …
Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu Alayhi Wa sallam adalah Rasul dan hambaNya. Amma ba’du …
Pembicaraan kita hari ini dengan tema :  “ Bagaimana kita belajar diam ” Sebagian orang mungkin heran, apakah diam harus dipelajari?
Yang dimaksud dengan belajar adalah praktek latihan, mengasah dan menjadikan tradisi. Judul ini saya ambil dari perkataan sebagian salaf.  Ketika mereka berkata : “ kami belajar diam sebagaimana kalian belajar berbicara“, sekarang ini banyak dilakukan kursus training seni berbicara, seni berpidato dan juga seni bagaimana mempengaruhi orang lain. Namun pada pertemuan ini, kita membahas – Insya ALLAH – bagaimana kita belajar diam. Yang saya maksud bukan diam dari  kebenaran, Naudzubillah … atau diam dari amar ma’ruf  nahi munkar atau diam dari menasehati manusia atau diam dari mengarahkan dan memberi petunjuk kepada mereka … bukan sekali-kali bukan !!!  yang aku maksud adalah diam dari senda gurau, diam dari kata-kata bathil diam dari katanya dan katanya …serta perkataan yang tidak ada faedahnya baik bagi diennya maupun dunianya.
Rabb kita Azza Wa Jalla telah mensifati orang beriman dalam kitabNya yang mulia :
” Sungguh beruntung orang orang yang beriman. Yaitu orang yang khusyu’ dalam sholatnya dan orang yang menjauhkan diri dari ( perbuatan dan perkataan ) yang tidak berguna ( Al Mu’minun 1-3 )
Allah Azza Wa Jalla memuji orang-orang beriman yang menjauhi senda  gurau . senda gurau disini adalah perkataan bathil. Dan Nabi Shallallahu Alayhi Wa Sallam bersabda : “ Barangsiapa yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir maka hendaknya berbicara yang baik atau diam”  Perhatikanlah wahai ikhwah … Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam mengaitkan diam dengan permasalahan aqidah yakni iman kepada Allah dan hari akhir. Aqidah yang dikaitkan dengan persoalan diam. Allah Azza Wa Jalla juga berfirman : “ Tidak ada suatu kata yang diucapkannya  melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang selalu siap ( mencatat ) ” ( Qoof 18 ).
Ada Tiga permasalahan yang akan kita bahas dalam majelis kita, walau sebenarnya banyak permasalahan dalam tema ini,  namun dalam pertemuan ini kita hanya akan membahas 3 perkara.
Masalah pertama : Bahwa kita tidak mengenal kalimat ” Allahu A’lam” dalam majelis kita. Kita dapati dalam majelis kita yang membicarakan banyak bidang,  yakni bidang syar’i, kedokteran, politik dan segala bidang lainnya, seseorang berkata “ ini pendapatku” yang itu berkata “ saya kira ” dan yang ini berkata “ yang saya yakini” dia tidak tahu kalimat “ Allahu A’lam ” bahkan kalimat Allahu A’lam termasuk aib sebagaimana sebagian orang berkata demikian. Padahal sebagian salaf berkata “ Allahu A’lam adalah setengah  ilmu
Masalah kedua : yaitu dalam majelis, tidak ada sifat “ diam dengan baik ” kepada orang lain. Ada perbedaan antara “ diam”  dengan “ diam yang baik ”, masing-masing  kita tidak punya sifat diam yang baik kepada orang lain. Baik orang lain itu anak kecil, orang bodoh atau bahkan wanita !!! ketika misalnya berbicara dengan isterinya kita lihat tidak kita dapati sifat diam yang baik, yakni ia malah sibuk dan tidak memperhatikan. Kita tidak memperhatikan atau mendengar kepada orang lain kecuali kepada orang tertentu saja. Kepada orang yang punya gelar, kedudukan, memiliki posisi social, kita akan diam dengan baik, ini semua akibat tidak mempelajari sifat diam.
Masalah ketiga yang kita bahas di majelis ini  bahwa sebagian orang yang diuji, ia senang jika ia duduk di suatu majelis, dia merasa senang jika 70 % atau 80 % dari majelis semuanya memperhatikannya, dia yang harus menyampaikan, mengemukakan dan yang menilai, ia senang jika semua orang di majelis memberikan perhatian kepadanya. Hal Ini termasuk kesalahan, walaupun orang ini misalnya syaikh dan alim jika ia memberi nasehat, bimbingan dan menjawab pertanyaan terkadang bisa diterima. Akan  tetapi jika ada seseorang yang tidak tahu terhadap sebuah ilmu atau kurang pengalaman dan yang lain, begitulah dia ( yakni tidak ada perhatian )
3 permasalahan ini adalah pengaruh dari tidak belajar diam, termasuk renungan kita bersama pada pertemuan ini adalah keseimbangan iman bukan keseimbangan olah raga fisik. Perhatikan keseimbangan tentang ini .. ! keseimbangan ini saya kumpulkan dari perkataan para ahli hikmah yaitu 7 hikmah dari hikmah yang terbaik dalam bab ini, yaitu bab diam.
Hikmah pertama : “ Barangsiapa yang banyak bicaranya banyak pula dosanya“. Yaitu jika manusia semakin banyak bicara maka akan menyebabkan ia kepada dosa. Dan begitu juga sebaliknya, jika engkau sedikit bicara maka engkau sedikit pula dosanya.
Hikmah kedua  : “ Barangsiapa yang sempit hatinya maka akan leluasa lisannya” sebagian orang yang hati dan dadanya sempit, maka kamu dapati lisannya leluasa mencela, menyakiti, mentalak, melaknat dan menuduh orang lain begitu juga sebaliknya “ barangsiapa yang luas hatinya maka akan sempit lisannya ( tidak banyak bicara ) ”.
Hikmah yang ketiga :  ” barangsiapa yang sibuk dengan hal yang tidak bermanfaat maka ia akan kehilangan hal yang bermanfaat” artinya kita dapati sekarang ini manusia sibuk dengan melihat acara-acara media yang rusak dan membaca majalah-majalah lucah, barangsiapa yang melakukannya maka ia terhalang dari banyak sekali ketaatan dan ibadah.
Hikmah keempat : mereka ahli hikmah berkata : “ barangsiapa yang banyak akalnya maka sedikit bicaranya dan barangsiapa yang sedikit akalnya maka banyak bicaranya” SubhanALLAH, ungkapan ini, tentu engkau dapati orang yang paling sedikit berkata : ” katanya dan katanya ” mereka ini adalah ahli ilmu sedangkan orang-orang yang banyak mengatakannya adalah orang bodoh.
Hikmah kelima : para ahli hikmah sepakat bahwa “ kunci utama hikmah adalah diam” ini tidak perlu lagi ada penjelasan.
Hikmah keenam : para ahli hikmah ditanya tentang sifat pencela. Siapakah pencela ? mereka menjawab  : “ jika tidak ada orangnya ia mencelanya dan jika ada maka ia akan menggunjing orang lain ini adalah sifat yang aneh!!! Jika ia jauh darimu, ia mencelamu, dan jika engkau ada maka ia menggunjing yakni menggunjing orang lain, sehingga kamu tidak selamat darinya dan orang lain pun tidak akan selamat darinya.
Hikmah ketujuh ( terakhir ) : para ahli hikmah berkata : “ barangsiapa yang sibuk dengan keadaan orang lain maka keadaan dirinya akan hilang ” engkau dapati sebagian orang berkeinginan besar untuk menjadi yang menjadi pertama kali tahu tentang kabar berita orang lain, jika ia mengikuti kabar manusia untuk kemaslahatan atau untuk faedah maka bisa diterima, namun begitulah, ia senang apa ? senang bertanya apa yang dilakukan si fulan ? apa yang dikerjakan si fulan ? lalu apa yang terjadi ? maka yang terjadi adalah keadaan dirinya hilang yakni ia tidak melihat keadaan dirinya, keadaan pribadinya dan tentang aib-aibnya.
Termasuk renungan yang perlu kita renungkan bersama dalam  pertemuan ini adalah tema,  “ bahasa diam dalam dunia wanita ” dunia wanita sekarang adalah dunia yang mengherankan dan aneh, mereka tidak tahu diam, wanita dalam majelis tidak tahu bahasa diam padahal diam itu bermanfaat dan berfaedah, tentu pertama mereka membicarakan tentang makanan, kemudian tentang sesuatu yang lain, kemudian tentang dunia pernikahan kemudian masalah pengasuh anak, lalu tenang dunia anak-anak, artinya dalam suatu majelis para wanita ini biasa membahas 32 tema masalah dan idak mendapatkan faedah atau hasil apapun. Diantara pemahaman yang salah, dan ini satu perenungan juga bahwa sebagian orang yang selalu melihat kepada orang yang lebih mengutamakan diam atau orang yang tidak pandai bicara dengan orang lain yakni orang melihatnya dengan pandangan negative, cela dan memiliki kekurangan, padahal ini bukanlah sebuah aib !!! … maaf, orang yang tidak pandai atau banyak bicara bukanlah aib !!! tetapi yang aib adalah jika seseorang banyak berbicara, Nampak apa ? kesalahannya.
Sekarang wahai saudara-saudara yang mulia … kita bahas tentang langkah apa yang harus ditempuh ? atau bagaimana kita belajar diam secara praktek, bukan hanya secara teori, bukan ! tapi secara praktek. Langkah pertama dalam metode belajar diam adalah :
Pertama : merasa malu kepada Allah Azza Wa Jalla … demi Allah, wahai saudara-saudaraku yang mulia alangkah indah dan mengagumkannya bahwa seseorang merasakan dalam hatinya, keyakinan rasa malu kepada Allah dalam perkataannya, perbuatannya, tingkah lakunya, tindak tanduknya dan seluruh keadaanya. Demi Allah yang tiada Ilah kecuali Dia seandainya manusia merasakan keyakinan rasa malu kepada Allah maka Demi Allah … ia akan merasakan kelezatan, kesenangan, kebahagiaan dan ketenangan.
Berapa banyak perkataan yang kita ucapkan, tetapi tidak keluar dari hati kita. Malu kepada Allah, seorang hamba yaitu dengan apa ? malu jika batinnya tidak sesuai dengan dhahirnya, engkau dapati jika ia sendirian, ia bermaksiat kepada Rabbnya Azza Wa Jalla dan jika ia bersama manusia, ia nampak orang baik dan bertaqwa. Seorang hamba patut malu kepada Allah,  bahwa Allah melihatmu sedangkan engkau sholat, jasadmu bersama ALLAH, sedangkan hati bersama makhluk, bersama dunia … Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah … Sungguh indah seseorang yang malu kepada Allah hingga dalam perkataan  dan ucapannya,  bagaimana ketika Allah melihatmu sedang saat itu  kita kata melafadzkan kalimat yang tidak diridhoi Rabb kita Azza  Wa Jalla.
Sebagian salaf berkata, diantara tanda Al Maqt ( kemurkaan Allah ) tanda kemurkaan Allah atau penghinaan Alah kepada hambanya yaitu berbicara pada hal yang tidak bermanfaat.  Ini termasuk tanda kemurkaan! Perhatikanlah ! hati-hatilah ! dan murka itu lebih keras daripada marah. Rabb kita Azza Wa Jalla berfirman : “ Wahai orang-orang yang beriman ! mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ( sangatlah ) besar murka Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. ” Dan murka itu lebih keras dari marah.
Ini adalah faktor pertama, wahai saudara-saudaraku yang mulia  bahwa langkah pertama yang dilakukan seseorang adalah  selalu merasakan malu kepada Allah yang Maha Agung, Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat Subhanahu Wa Ta’ala yang mana tidak ada sesuatupun yang tersembunyi padaNya, maka Anda harus merasa malu kepada Allah tatkala engkau berkata dengan kalimat-kalimat yang Allah Azza Wa Jalla tidak ridho dengannya, dan dimurkaiNya.
Kedua  : termasuk langkah nyata dan sebab-sebab kita dapat mempelajari diam adalah  jadikanlah ia kaedah atau ciri utama dalam kehidupanmu, pikirkanlah sebelum engkau berbicara, biasakan dirimu, latihlah lisanmu, memang lisan itu perlu latihan dan percobaan. Latihlah dirimu sebelum menyatakan persoalan apapun di suatu majelis atau kalimat apa saja, engkau memikirkan dahulu perkataan itu, pikirkan sebelum engkau apa ? sebelum engkau bicara ! sebagian orang ada yang pesimis dengan hal ini … ia berkata hal itu sulit, berat dan susah …ini hanya perlu berlatih, berlatih, dan berlatih lagi hingga selanjutnya mudah bagimu. Sedangkan kita dalam perkara dunia, sebelum maju melangkah dalam program-program dunia selalu berfikir dahulu, sebelum maju untuk menikah ia berfikir,  bermusyawarah dan bertanya, sebelum ia ingin membeli rumah, sebelum berfikir untuk membeli mobil, sebelum maju untuk bekerja. Perkataan tentang dunia apa saja ia akan berfikir terlebih dahulu hingga tercapai dengan baik maka fikirkan sebelum engkau bicara!
Oleh karena itu sebagian ahli hikmah berkata : “ termasuk tanda kebodohan, perhatikan ! termasuk tanda kebodohan, adalah berkata pada hal yang tidak bermanfaat”  termasuk tanda kebodohan adalah sifat ini. Engkau berkata pada hal yang tidak bermanfaat.
Banyak orang duduk dalam suatu majelis dan menghabiskan waktu 1 jam, 2 jam atau 3 jam, berbicara pada hal-hal yang tidak dapat menggemukkan  dan tidak pula membuat kenyang ! ini termasuk sikap yang mengesankan,  yaitu sikap tarbawiyyah ( pendidikan ) yang kita pelajari dari sikap ini. Diriwayatkan oleh sebagian orang sholeh bahwa ia hendak mentalak isterinya, ” berniat” mentalak isterinya, baru berniat saja  lalu dikatakan kepadanya, apa yang membuatmu ragu dengannya ? mengapa engkau mentalaknya ? apa yang ia katakan ? maka apa yang ia katakan? ya akhi … Demi ALLAH kata-kata ini ditulis dengan tinta emas jadikanlah kalimat ini sebagai prinsip hidup. Orang sholeh itu berkata, dengarkan dan perhatikan !!! … ia berkata :  ” orang yang berakal tidak akan membuka tabir rahasia isterinya “, dan ketika ia telah mentalaknya, mereka bertanya lagi, mengapa engkau mentalaknya ? ia menjawab : “ apa hubungannya diriku dengan wanita itu ? ia sekarang bukan tanggunganku lagi, apa hubunganku dengannya, saya tidak akan membicarakan orang lain.” Kita saat ini, memohon kepada ALLAH yang Maha Agung agar memaafkan kita dan tidak menghukum kita serta merahmati kita seandainya ada salah seorang yang mentalak isterinya, maka ia akan langsung saja menceritakan seluruh hidupnya dari sejak malam pertama hingga 5-6 atau 7 tahun sepanjang sejarah hidup bersamanya.
Ketiga : termasuk langkah praktek – nanti kita cukupkan sampai empat langkah saja – adalah mempersedikit bergaul dengan manusia atau arti lain menyendiri yang syar’i.
Imam Ibnul Qayyim Al jauziyyah berkata :  “ termasuk perusak hati adalah banyak bergaul dengan orang lain.” Tidak dibenarkan jika seseorang dari pagi hingga sore selalu bersama manusia. Selalu berbicara dengan manusia, ini tidak dibenarkan ! bagi seorang muslim minimal harus apa ? harus ada waktu menyendiri bersama Rabbnya dan di malam harinya juga ada waktu. Saya beri contoh kepada kalian, waktu antara maghrib dan isya banyak sekali masjid dan tidak ada seorangpun antara maghrib dan isya memiliki waktu, satu jam saja ! hanya antara maghrib dan isya engkau berdzikir kepada Allah, shalat, berisighfar kepada Allah, membaca buku yang bermanfaat  dan berfaedah. Didiklah jiwamu, biasakanlah dirimu untuk menyendiri.
Ya … sebagian orang merasa sempit dadanya, merasa kesepian. Ia berkata : aku tak mampu untuk duduk sendirian, merasa sempit dan kesepian, kami katakan  inilah penyakit pada kepribadianmu !!! dikatakan kepada salah seorang yang sholeh : tidaklah engkau kesepian ketika sendirian ? ia menjawab : “ bagaimana aku akan merasa kesepian ? sedangkan aku duduk bersama yang mengingatku ! ” Allah berfirman : “ Ingatlah aku maka aku akan ingat kalian ”  Allah mengingatmu ! diriwayatkan dari sebagian orang sholeh bahwa ia berkata kepada sebagian para shahabatnya ketika mereka mengunjunginya dan ingin keluar darinya, ia mewasaiatkan kepada mereka kata-kata yang bagus dan mengagumkan, ia berkata jika keluar dariku maka berpisah-pisahlah kalian dan semoga salah seorang dari kalian ada yang membaca al-qur’an di tengah perjalanannya, membaca Alquran dan berdzikir kepada Allah.
 
Ya perbuatan berkumpul, selalu berkumpul dengan manusia mendorong untuk saling bercakap-cakap tapi ketika seseorang dalam sebagian waktunya menyedikitkan atau tidak berkumpul dengan manusia adalah bagus. Ia telah belajar berkaitan dengan mempersedikit bicara. Oleh karena itu engkau dapati sebagian orang jika ingin pergi dalam perjalanan panjang misalnya 1 atau 2 jam, ia akan menghubungi sebagian temannya dan berkata : maukah engkau pergi bersama menemaniku dalam perjalanan ? baiklah wahai akhi … gunakanlah waktu ini … engkau sibukkan dengan mengulang hafalanmu, berdzikir kepada Allah, merasa berdiri di hadapan Allah dan berdoa kepada Allah. Jelaslah bahwa masalah kita adalah kita tidak terbiasa menyendiri, kita tidak terbiasa menyendiri dalam waktu 1, 2 atau 3 jam saja. Kita cepat merasa dadanya sempit, merasa apa ? kesepian dan kesempitan.
Sebab terakhir yang membantu kita untuk diam adalah dengan memperbanyak berdzkir kepada Allah, Umar Bin Khottob berkata “ mengingat manusia itu penyakit dan mengingat Allah adalah obat ”.
Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Umar ia berkata kami menghitung Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam dalam satu majelis 100 x membaca “rabbighfirlii wa tub alayya innaka anta tawwaburrahiim ” dalam satu majelis ! engkau biasakan dirimu misalnya ketika pergi ke suatu majelis katakanlah pada dirimu sendiri : Aku tidak akan keluar dari majelis ini  hingga aku mengucapkan ” Astaghfirullah ” 100 x dan bershalawat 10 x misalnya atau aku akan berkata ” SubhanALLAhul adzim subhanaALLAh wa bihamdih 100 x . program ini menjadikanmu apa ? engkau akan sedikit berbicara, ia akan mendidik dan membiasakanmu untuk diam.
Mengapa kita membahas tema ini wahai saudaraku yang mulia dalam  akhir pertemuan ini. Hasil dan faedah kita membahas tema ini adalah bagaimana kita belajar diam. Hasil dan faedahnya besar sekali yaitu bahwa termasuk lurusnya hati adalah dengan menjaga lisan.  Sebagian salaf berkata : “ jika engkau ingin hatimu baik, maka minta tolonglah dengan menjaga lisanmu. Maka minta tolonglah dengan menjaga lisanmu. ” Alangkah indah, bagus dan manisnya jika seseorang melatih dirinya sendiri. Kita memberi pelatihan kepada orang lain tapi apakah engkau sendiri juga berlatih ? dengan akhlaqmu, tingkah lakumu, lisanmu, engkau latih sendiri engkau ajari dan didik sendiri, aku tidak akan banyak bicara, aku tidak akan mengucapkan kata-kata, tema yang aku sampaikan, aku berusaha untuk menjaga kata-kata, mengendalikan lisan dan Allah akan menolong hambanya jika Dia melihat kejujuran darinya, sebagiamana perkataan Ibnul Qayyim : “ Jujurlah dalam mencari maka akan datang pertolongan kepadamu ” hikmah yang sangat mengagumkan!!!
Aku memohon kepada Allah yang Maha Mulia  pemilik Arsy Yang Agung untuk memberi petunjuk kepadaku dan kalian kepada apa yang Allah cintai dan ridhoi dan akhir dakwah kami “ Alhamdulillah rabbil Aalamiin.”
 (gashibu.com/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/belajar-diam-sebuah-nasehat-dan-muhasabah-diri.html#sthash.of4wjL6S.dpuf

Doa taubat yang sempurna

HOT TOPICS



(Arrahmah.com) – Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu dari nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam bahwasanya beliau biasa membaca doa berikut:
«اللهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، اللهُمَّ اغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي، وَخَطَئِي وَعَمْدِي، وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي، اللهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ»
Ya Allah, ampunilah kesalahanku, ketidak tahuanku dan sikapku yang berlebihan dalam urusan-urusanku, serta dosa-dosa lainnya yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku.
Ya Allah, ampunilah dosa yang aku lakukan dalam kondisi bersungguh-sungguh dan kondisi bersendau gurau, kekeliruanku dan kesengajaanku dan semua kesalahan itu berasal dari diriku sendiri.
Ya Allah, ampunilah dosa yang telah aku lakukan pada masa lalu dan dosa yang aku lakukan pada masa belakangan, dosa yang aku sembunyikan dan dosa yang aku lakukan secara terang-terangan, serta dosa-dosa lainnya yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku.
Engkau Maha Mendahulukan dan Engkau Maha Mengakhirkan, dan Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu (HR. Bukhari no. 6398 dan Muslim no. 2719)
Keterangan:
Makna dari lafal Maha Mendahulukan adalah mewafatkan seseorang lebih dahulu atas orang lain, sedangkan makna dari lafal Maha Mengakhirkan adalah mewafatkan seseorang lebih akhir dari orang lain. Wallahu a’lam bish-shawab.
Imam Al-Muhallab berkata: “Lafal Engkau Maha Mendahulukan dan Engkau Maha Mengakhirkan menunjuk kepada Dzat Allah sendiri, sebab Allah-lah yang mendahulukan (menyegerakan) kebangkitan (seorang hamba) menuju akhirat dan Allah pula yang mengakhirkan kebangkitan (kelahiran seorang hamba) di dunia.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 3/5)
Imam An-Nawawi berkata: “Makna dari “Maha Mendahulukan” adalah Allah mendahulukan hamba yang dikehendaki-Nya kepada rahmat-Nya, dengan cara Allah memberinya taufik. Adapun makna dari “Maha Mengakhirkan” adalah Allah mengakhirkan hamba yang dikehendaki-Nya kepada rahmat-Nya karena Allah membiarkannya.” (An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, 17/40-41)
(muhibalmajdi/arrahmah.com)

- See more at: http://www.arrahmah.com/rubrik/doa-taubat-yang sempurna.html#sthash.dv0Rpv9Y.dpuf

Doa meminta tambahan ilmu

HOT TOPICS



(Arrahmah.com) – Allah Ta’ala tidak pernah memerintahkan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa salam untuk meminta tambahan nikmat duniawi selain nikmat ilmu. Allah Ta’ala berfirman:
{وَقُلْ رَبِّي زِدْنِي عِلْمًا}
“Dan katakanlah: Wahai Rabbku, tambahkanlah untukku ilmu!” (QS. Thaha [20]: 114)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa salam berdoa:
«اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَارْزُقْنِي عِلْمًا تَنْفَعُنِي بِهِ»
Ya Allah, berilah aku manfaat dari ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah untukku ilmu yang bermanfaat bagiku.” (HR. An-Nasai dalam As-Sunan al-Kubra no. 7819 dan Al-Hakim no. 1879)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa salam berdoa:
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا، الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ.
Ya Allah, berilah aku manfaat dari ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah untukku ilmu. Segala puji bagi Allah atas setiap keadaan dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan penduduk neraka.” (HR. At-Tirmidzi no. 3599)
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam jika bangun tidur pada waktu malam, beliau membaca doa:
«لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ، اللهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ لِذَنْبِي، وَأَسْأَلُكَ رَحْمَتَكَ، اللهُمَّ زِدْنِي عِلْمًا، وَلَا تُزِغْ قَلْبِي بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنِي، وَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ»
“Tiada Ilah (Tuhan yang berhak diibadahi) selain Engkau, Maha Suci Engkau, Ya Allah aku meminta ampunan-Mu atas dosaku dan aku memohon kepada-Mu rahmat-Mu. Ya Allah, tambahkanlah ilmuku, janganah Engkau menyesatkan hatiku setelah Engkau memberiku petunjuk dan karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu rahmat, sesungguhnya Engkau Maha Memberi karunia.” (HR. An-Nasai dalam As-Sunan al-Kubra no. 10635 dan Al-Hakim no. 1981)
(muhibalmajdi/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/rubrik/doa-meminta-tambahan-ilmu.html#sthash.ewRZgQ0y.dpuf
 

10 Nama Malaikat dan tugasnya

HOT TOPICS



Sebagai umat islam kita harus percaya kepada Malaikatciptaan Allah. Kita harus percaya tentang keberadaan para Malaikat ALLAH SWT seperti yang terdapat pada rukun iman ke 2. Malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya atau NUR. Malaikat merupakan ciptaan Allah SWT yang paling patuh kepada semua perintahnya. Malaikat juga tidak makan, tidak tidur, tidak memiliki hawa nafsu

Iman kepada Malaikat :
Iman kepada Malaikat adalah percaya bahwa Malaikat itu benar-benar ada. Rukun iman yang ke 2 adalah percaya kepada malaikat. Syaikh Shalih bin `Abdul `Aziz Alu Syaikh hafidzahullah mengatakan: “Batas minimal (iman kepada malaikat) adalah keimanan bahwasanya Allah menciptakan makhluk yang bernama malaikat. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa taat kepada-Nya. Mereka merupakan makhluk yang diatur sehingga tidak berhak diibadahi sama sekali. Diantara mereka ada malaikat yang ditugasi untuk menyampaikan wahyu kepada para Nabi.” (Syarh Arbain Syaikh Shalih Alu Syaikh)

Penciptaan malaikat :
Malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya atau NUR. Hal tersebut sebagaimana terdapat dalam hadits dari Ummul Mu`minin `Aisyah radhiyallah `anha, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya.” (HR. Muslim)

Fisik Malaikat :
- Malaikat terbuat dari zat cahaya atau Nur
- Mempunyai fisik yang kuat :
  • Allah Ta`ala berfirman tentang keadaan neraka (yang artinya), “Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. Tahrim: 6)
    Panas api neraka, yang membuat besi dan batu meleleh, tidak membahayakan mereka.Demikian juga dengan Malakul jibal (Malaikat gunung), dimana dia menawarkan kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam untuk menabrakkan dua gunung kepada sebuah kaum yang mendurhakai beliau. Kemudian beliau menolak tawaran tersebut. (Hadits yang menceritakan kisah ini terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim)
  • Mempunyai sayap
    Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathiir: 1)
  • Tidak membutuhkan makan dan minum
    Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: “Selamat.” Ibrahim menjawab: “Selamatlah,” maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: ‘Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth.’” (QS. Huud: 69 – 70)As Suyuthi rahimahullah berkata: “Ar-Razi dalam tafsirnya mengatakan bahwa para ulama sepakat bahwasanya malaikat tidak makan, tidak minum, dan juga tidak menikah.”
Jumlah Malaikat : 
Sebenarnya jumlah mereka sangat banyat tapi hanya Allah saja yang mengetahuinya. Kita hanya diwajibkan untuk beriman kepada 10 malaikat Allah.


1. Jibril
Adalah malaikat yang diberikan amanat untuk menyampaikan wahyu, turun membawa petunjuk kepada Rasul agar disampaikan kepada umat. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sungguh dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril) di ufuk yang terang” (QS. At Takwiir : 23)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku melihatnya (Jibril) turun dari langit, tubuhnya yang besar menutupi antara langit sampai bumi” (HR. Muslim no. 177, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Abdullah bin Mas’ud radhiyallaHu ‘anHu menjelaskan bahwa Nabi Muhammad ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam melihat jibril memiliki enam ratus sayap (HR. al Bukhari no. 4857)

2. Mika-il
Dialah yang diserahi tugas mengatur hujan dan tumbuh-tumbuhan dimana semua rizki di dunia ini berkaitan erat dengan keduanya. Terdapat penyebutan Jibril dan Mika-il secara bersamaan dalam satu ayat, Allah Ta’ala berfirman,
“Barangsiapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mika-il, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 98)

3. Israfil
Dia diserahi tugas meniup sangkakala atas perintah Rabb-nya dengan tiga kali tiupan. Pertama adalah tiupan keterkejutan, tiupan kedua adalah tiupan kematian dan tiupan ketiga adalah tiupan kebangkitan.

4. Malik
Dia adalah penjaga neraka. Allah Ta’ala berfirman,
“Mereka berseru, ‘Hai Malik, biarlah Rabb-mu membunuh kami saja’. Dia menjawab, ‘Kamu akan tetap tinggal (di Neraka ini)’. Sesungguhnya Kami telah membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan diantara kamu benci kepada kebenaran itu” (QS. Az Zukruf : 77-78)

5. Ridhwan
Dia adalah penjaga Surga. Ada sebagian hadits yang dengan jelas menyebutkan dirinya (al Bidaayah wan Nihaayah I/45)

6 & 7. Munkar dan Nakir
Terdapat penyebutan dengan mereka di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda,
“Tatkala orang yang mati telah dikubur, datanglah kepadanya dua malaikat yang hitam kebiruan, salah satu diantara keduanya dinamakan Munkar dan yang lainnya dinamakan Nakir” (HR. at Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahiih Sunan at Tirmidzi no. 856)

8. ‘Izra-il Penamaannya dengan malaikat maut tidak disebutkan dengan jelas di dalam al Qur’an maupun hadits-hadits yang shahih. Adapun penamaan dirinya dengan ‘Izrail terdapat di sebagian atsar. Wallahu a’lam. (al Bidaayah wan Nihaayah I/42)

9 & 10. Raqib dan ‘Atid
Sebagian ulama menjelaskan bahwa diantara malaikat ada yang benama Raqib dan ‘Atid. Allah Ta’ala berfirman,
“Maa yalfizhu min qaulin illaa ladayhi raqiibun ‘atiidun” yang artinya “Tidak suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf : 18)

Demikian artikel tentang nama malaikat beserta tugasnya. kita harus selau percaya kepada Para malaikat Allah.